Pembentukan harga baik di pasar cryptocurrency, saham, maupun non-fungible token (NFT) terjadi karena adanya permintaan dan penawaran. Namun, ketika penawaran beli dan jual muncul dari pihak yang sama dengan tujuan untuk menyesatkan pasar, itulah namanya wash trading.
Sejauh ini, di pasar saham, praktik manipulasi harga dan volume perdagangan dilarang. Akan tetapi, di ranah cryptocurrency, masih belum ada aturan yang mewadahi kondisi ini. Makanya, pelaku crypto atau pemula dapat terjebak dalam harga semu bila terjadi proses trading yang dibuat-buat ini.
Artikel ini akan membahas tentang wash trading, bagaimana cara kerjanya dalam pasar crypto serta bagaimana menghindari jadi korbannya.
Apa Itu Wash Trading?
Wash trading adalah penjualan aset oleh seorang trader, yang kemudian hampir bersamaan dengan pembelian kembali aset itu oleh trader yang sama untuk membuat persepsi harga dan likuiditas. Praktik ini bisa menjadi sebuah bentuk manipulasi pasar, baik di pasar saham, cryptocurrency maupun NFT. Sebab, seorang investor bisa membeli sebuah aset dan dengan segera menjualnya agar mempengaruhi harga pasar atau likuiditas dari aset tersebut.
Ada sejumlah motivasi bagi seorang trader atau pihak yang berkolusi untuk melakukan wash trading. Tujuan utamanya mungkin untuk mendorong pembelian agar harga meningkat. Atau sebaliknya, trader itu justru menjual agar harga aset turun.
Motivasi lainnya mungkin melibatkan trader yang berupaya untuk membuat kerugian modal dalam upaya mencari pengembalian pajak. Caranya, adalah dengan menjual aset dalam dan membelinya kembali di harga yang lebih rendah.
Meskipun praktik ini bisa melibatkan beberapa trader, sejumlah perusahaan berbeda dan akun yang berbeda, motivasinya sama. Maksud dari wash trading adalah untuk menyesatkan, membuat persepsi dari harga dan volume dari sebuah aset keuangan atau yang menjadi obyek perdagangan.
Cara Kerja Wash Trading
Pada dasarnya, wash trading adalah investor membeli dan menjual sebuah aset pada saat yang sama. Namun, dalam praktik manipulasi pasar tingkat tinggi, yang terlibat adalah maksud dan tujuan sang investor tersebut.
Makanya, ada dua kondisi yang menentukan terjadinya wash trading:
1. Niat
Kondisi pertama adalah niat atau intensi. Wash trader pasti memiliki strategi khusus untuk membeli dan menjual aset yang sama sebelumnya. Sekali lagi, wash trading dilakukan sebagai upaya untuk menyesatkan alias manipulasi pasar. Akibatnya, banyak akun terlibat untuk mencoba melakukan misrepresentasi.
Trader perorangan, atau perusahaan, akan melakukan transaksi pada aset yang sama. Namun, mereka akan menggunakan akun yang berbeda untuk menghasilkan perubahan harga atau peningkatan volume perdagangan. Satu akun akan menjual aset ke akun yang lain tetapi sebenarnya akun-akun tersebut adalah satu pihak yang sama.
2. Hasil
Hasil dari transaksi tersebut harus berupa wash trade, yaitu investor telah membeli dan menjual aset yang sama pada waktu yang sama, dengan menggunakan rekening yang memiliki kepemilikan yang sama atau bersama.
Wash Trading di Pasar Cryptocurrency
Meski awalnya terjadi di pasar saham, dalam beberapa tahun terakhir, wash trading juga terlihat di pasar cryptocurrency. Ada upaya yang jelas dari banyak proyek kripto untuk memberikan kesan popularitas dan volume perdagangan yang tinggi.
Praktik ini tidak terbatas pada koin berkapitalisasi rendah dan telah memengaruhi bahkan mata uang kripto paling populer seperti Bitcoin. Ada beberapa alasan mengapa wash trading ada di ruang crypto:
- Mata uang utama seperti Bitcoin tidak memiliki metode yang diterima secara universal untuk perhitungan volume perdagangan harian. Akibatnya, cryptocurrency exchange sering menghasilkan angka yang berbeda untuk volume perdagangan historis.
- Banyak crypto exchange tidak memiliki legitimasi, yang terbukti dengan runtuhnya sejumlah nama besar dalam beberapa tahun terakhir.
- Ada juga volatilitas ekstrem di ruang cryptocurrency yang mendorong pembelian dan penjualan cepat.
Contoh Wash Trading
Misalnya, investor mayoritas dalam proyek token crypto XYZ mungkin membeli lebih banyak token XYZ dari proyek itu menggunakan banyak alamat. Setelah mereka memperoleh XYZ tambahan, mereka akan mentransfer jumlah XYZ yang sama ke bursa. Pada saat itu, mereka akan mengubah XYZ menjadi Ether (ETH) dan menggunakan ETH tersebut untuk membeli lebih banyak XYZ. Perilaku ini akan berlanjut selama beberapa waktu, menggunakan banyak alamat sebagai upaya untuk menyamarkan maksud mereka.
Investor luar akan melihat peningkatan minat dan volume di XYZ, kemudian memutuskan untuk membeli token tersebut dalam jangka panjang. Minat tambahan dari investor luar dengan maksud jangka panjang ini meningkatkan harga XYZ. Kemudian, orang dalam tersebut akan menjual sejumlah aset crypto XYZ mereka untuk mendapatkan keuntungan.
Intinya, investor besar XYZ menggunakan wash trading untuk menyesatkan orang lain tentang minat spekulatif dalam proyek tersebut. Sehingga, mereka pada akhirnya dapat membuang kepemilikan mereka untuk mendapatkan keuntungan. Praktik ini mirip seperti pump and dump yang juga terkenal di dunia trading crypto.
Perbedaan Wash Trading vs. Market Making
Di permukaan, wash trading dan market making mungkin tampak seperti hal yang sama. Akan tetapi, kedua hal ini berbeda dari segi intensi.
Market making adalah membeli dan menjual aset dalam jumlah yang sama pada waktu yang sama, tetapi mungkin di lokasi yang berbeda. Misalnya, market maker Bitcoin akan menyediakan bagi trader untuk membeli di satu bursa seharga $49.300. Kemudian, ketika seorang investor memutuskan untuk membeli 0,01 Bitcoin dari market maker, si market maker akan akan berbalik dan dengan cepat membeli 0,01 Bitcoin seharga $49.200 di bursa lain. Nah, market maker akan mendapat untung dari selisih dan perbedaan harga untuk Bitcoin.
Perbedaan utama antara market making dan wash trading adalah niat. Market maker menyediakan aset untuk dibeli dan dijual oleh investor lain. Oleh karena itu, ada investor lain yang terlibat dalam transaksi market making. Market maker membiarkan aset crypto mereka tersedia untuk dibeli orang lain (yang tidak mereka kenal).
Wash trading, di sisi lain, adalah ketika satu-satunya “pihak” dalam transaksi adalah akun dengan kepemilikan bersama yang berupaya melakukan manipulasi pasar. Trader dengan intensi ini akan menggunakan akun bersama untuk menjadi “beberapa pihak” dalam perdagangan. Dengan cara ini, wash trader secara efektif berdagang dengan diri mereka sendiri — dan tidak dengan orang lain. Akibatnya, tidak ada manfaat langsung selain menyesatkan orang lain tentang harga atau volume aset keuangan.
Wash Trading NFT
Dalam pasar non-fungible token (NFT), wash trading sangat mungkin terjadi. Sebab, dengan sifatnya yang unik, sang kreator NFT tentu ingin hasil karyanya melejit. Makanya, kreator ingin harga NFT miliknya naik tinggi sehingga mendapat profit ketika menjualnya. Dengan praktik wash trading, kreator NFT tidak hanya dapat menaikkan harga tetapi juga meningkatkan volume perdagangan.
Akibatnya, orang lain yang melihat aktivitas terkait aset NFT tersebut dapat mempertimbangkan untuk membelinya di harga tinggi. Nah, ketika NFT terjual ke orang lain, sang kreator bisa menikmati selisih harganya.
Menurut laporan Dune, nyaris 60% perdagangan non-fungible token (NFT) tahun 2022 terjadi dengan melibatkan praktik wash trading. Pada banyak kasus, para pengguna membuat banyak akun di marketplace NFT terkait lalu memanfaatkannya untuk melancarkan aktivitas beli dan jual kolektibel yang sama.
Dengan menunjukkan eksistensi NFT atau koleksi tersebut, scammer kemudian bisa menjualnya ke pihak ketiga. Kemudian, mereka bisa memanen profit yang jauh lebih tinggi daripada jumlah yang terpakai untuk biaya transaksi untuk memanipulasi harga.
Apakah Wash Trading Ilegal?
Menurut aturan Bursa Komoditas AS, wash trading adalah ilegal. Sebab, ini merupakan upaya untuk memanipulasi pasar dan harga saham. Di AS, Komisi Perdagangan Komoditas Berjangka (CFTC) juga mendorong regulasi terkait wash trading. Ini termasuk pedoman yang melarang broker untuk meraih keuntungan dari hasil aktivitas tersebut.
Akan tetapi, di dunia crypto belum ada regulasi terkait praktik ini. Di AS, Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) mulai memantau pasar cryptocurrency. Namun, NFT tidak termasuk dalam sekuritas, karena sifatnya yang non-fungible dan di luar kewenangan dari SEC.
Oleh karena itu, dengan belum adanya regulasi terkait ini di ranah cryptocurrency, masih ada risiko wash trading untuk ast kripto. Akibatnya, ini berujung pada manipulasi harga dan volume dari cryptocurrency.
Bagaimana Cara Mendeteksi Wash Trading?
Menurut Anndy Lian dari Forkast, ada beberapa logika bagi calon pembeli untuk menganalisis bagaimana sebuah NFT jadi obyek wash trading.
- Sebuah NFT diperdagangkan oleh satu alamat lebih dari beberapa kali dalam sehari. Sementara koleksi lainnya dari kreator yang sama tidak bergerak.
- Alamat-alamat yang melakukan trading NFT tersebut menggunakan cara cepat dengan frekuensi tinggi.
- Koleksi NFT tiba-tiba mengalami peningkatan frekuensi perdagangan tanpa adanya marketing atau promosi.
- Rata-rata harga historis dalam transaksi sebuah NFT jauh lebih tinggi di marketplace A vs B.
- Harga penjualan dari sebuah NFT jauh lebih tinggi daripada NFT yang tersedia dalam koleksi sama.
- Alamat wallet yang sama mendanai semua pembelian dan penjualan NFT tersebut.
- Volume trading yang sangat tinggi secara konstan
Meskipun demikian, asumsi-asumsi itu tidak semuanya sempurna. Yang terpenting adalah bagaimana bisa melacak beberapa wallet yang sebenarnya saling berkaitan atau dari pihak yang sama.
Cara Menghindari Jadi Korban Wash Trading
Wash trading lebih umum terjadi di pasar yang lebih kecil dan baru daripada di pasar yang lebih besar dan lebih mapan. Ini karena pasar yang lebih kecil lebih mudah jadi obyek manipulasi.
Whale (investor crypto besar) dapat dengan mudah menggerakkan harga cryptocurrency yang punya market cap kecil. Sebab, ukuran modal mereka mungkin setara dengan nilai seluruh market cap crypto itu sendiri.
Selain itu, koin yang baru meluncur ke pasar tidak akan memiliki riwayat harga atau volume apa pun. Oleh karena itu, pengembang atau orang dalam lainnya mungkin terlibat dalam praktik manipulasi harga untuk menyesatkan trader tentang nilai sebenarnya dari koin tersebut.
Begitu pula dengan NFT, yang seringnya tidak memiliki volume atau minat dalam perdagangannya. Oleh karena itu, pemilik NFT dapat dengan mudah terlibat dalam wash trading untuk memikat pembeli yang tidak curiga agar membeli NFT dengan harga tinggi.
Maka, cara terbaik menghindari jadi korban wash trading adalah:
- Hindari penerbitan proyek baru, crypto dengan market cap kecil, dan proyek NFT baru. Sebab, proyek-proyek baru belum mendapatkan volume cukup untuk perdagangan. Makanya para investor awal menggunakan teknik wash trading untuk mendongkrak harga dan volume.
- Pilih cryptocurrency yang lebih mapan dengan volume lebih besar. Semakin besar pasar, semakin besar juga dana dan pemain yang terlibat untuk memanipulasi pasar. Sehingga risiko wash trading pun semakin kecil.
- Cari aset crypto dengan rekam jejak perdagangan yang mapan. Dengan begitu, kamu dapat membandingkan volume transaksi sekarang dengan riwayat crypto tersebut. Perbandingan ini akan menunjukkan apakah jumlah volume yang ekstrim telah memasuki pasar, yang mungkin menyesatkan pelaku pasar.
- Setiap pedagang atau investor yang baik akan memiliki rencana dan strategi untuk perdagangan mereka. Memiliki proses dan metode berulang untuk masuk ke dalam perdagangan dan posisi — plus proses untuk keluar dari perdagangan — dapat membawa konsistensi dalam perdagangan. Dalam rencana perdagangan, pastikan juga untuk mempertimbangkan usia dan ukuran kapitalisasi pasar mata uang kripto.
Kesimpulan
Secara umum, wash trading adalah aktivitas yang ilegal yang melibatkan pembelian dan penjualan saham oleh pihak yang sama di pasar saham. Namun, di pasar cryptocurrency belum ada regulasi yang melarang praktik ini. Apalagi, dalam trading NFT tidak ada aturannya, karena NFT dianggap sebagai aset properti yang unik.
Untuk menghindari terjebak dalam pusaran harga tinggi akibat wash trading, baik di pasar crypto maupun NFT, investor perlu lebih teliti. Pilih aset yang sudah mapan dan hindari proyek baru dengan volume masih rendah. Selalu terapkan DYOR (Do Your Own Research) sebelum memutuskan untuk membeli aset.
Source: https://id.beincrypto.com/belajar/wash-trading-crypto-nft/
Anndy Lian is an early blockchain adopter and experienced serial entrepreneur who is known for his work in the government sector. He is a best selling book author- “NFT: From Zero to Hero” and “Blockchain Revolution 2030”.
Currently, he is appointed as the Chief Digital Advisor at Mongolia Productivity Organization, championing national digitization. Prior to his current appointments, he was the Chairman of BigONE Exchange, a global top 30 ranked crypto spot exchange and was also the Advisory Board Member for Hyundai DAC, the blockchain arm of South Korea’s largest car manufacturer Hyundai Motor Group. Lian played a pivotal role as the Blockchain Advisor for Asian Productivity Organisation (APO), an intergovernmental organization committed to improving productivity in the Asia-Pacific region.
An avid supporter of incubating start-ups, Anndy has also been a private investor for the past eight years. With a growth investment mindset, Anndy strategically demonstrates this in the companies he chooses to be involved with. He believes that what he is doing through blockchain technology currently will revolutionise and redefine traditional businesses. He also believes that the blockchain industry has to be “redecentralised”.